Upaya-upaya untuk
meningkatkan bauran energi terbarukan dalam sistem JaMaLi (Jawa-Madura-Bali)
sangat gencar didengungkan, namun apakah demikian pula implementasinya?
Pada RUPTL
2019-2028 telah jelas dinyatakan bahwa pada tahun 2025 bauran energi dari EBT
sebesar 23%. Sebuah angka optimis yang sebaiknya didukung oleh semua pihak yang
memiliki andil dalam ketercapaiannya.
Untuk membangun
sebuah pembangkit dari energi terbarukan, diperlukan beberapa pertimbangan
sebagai berikut :
1.
Kondisi
angin pada daerah setempat
Untuk mendapatkan data sumber daya energi angin, dibangun mast dengan
ketinggian (misal) 120 meter yang dipasangi anemometer setiap sepertiga
bagiannya (40m, 80m, 120m). Kondisi angin dipantau selama minimal satu tahun
untuk mengetahui potensi serta karakteristik dari kecepatan dan arah angin
terhadap waktu.
2.
Pemilihan
jenis turbin angin
Setelah didapat profil potensi energi angin, dipilihlah turbin angin yang
sesuai sehingga didapatkan desain yang optimal. Berikut contoh dari kelas
turbin angin :
Selain pertimbangan pemanfaatan energi, perlu diperhatikan juga kurva daya
dari turbin-generator yang akan digunakan yaitu mempertimbangkan cut-in speed,
nominal speed dan cut-out speed.
3.
Dampak
dari masuknya pembangkit renewable tersebut
Pembangkit renewable memiliki karakteristik intermittent sehingga selain dampak load flow yang akan berubah,
perlu juga dievaluasi dampak yang disebabkan oleh intermitency. Untuk
pembangkit bayu yang memiliki MW kecil umumnya tidak memiliki masalah yang
berarti, namun untuk pembangkit bayu yang memiliki MW besar, perlu diperhatikan
kesiapan sistem terutama kompensator yang memiliki respon cepat seperti turbin
gas dan turbin air. Jika pembangkit existing dianggap belum mampu
mengkompensasi sifat intermitency dari PLTB, dapat dipertimbangkan untuk
pemasangan baterai, modifikasi PLTA menjadi pumped storage, dan peningkatan
kontribusi droop. Selain itu, kebutuhan inersia juga perlu diperhatikan karena
PLTB yang terkoneksi ke grid melalui power electronic memiliki inersia yang
rendah. Untuk memenuhi kebutuhan inersia dapat dilakukan dengan menggeser titik
operasi PLTU thermal untuk menjaga inersia, memasang synchronous condenser dan
memasang inverter virtual inertia.
4.
Waktu
yang dibutuhkan mulai dari tahap perencanaan hingga COD
Untuk sebuah proyek PLTB onshore dengan tipikal daya terpasang 25-50MW,
diperlukan waktu sekitar 3.5-4 tahun. Adapun gambaran rincian dari waktu yang
dibutuhkan adalah sbb:
Aktivitas
|
Durasi
|
Unit
|
Pengukuran Sumber Angin
|
12
|
Bulan
|
Studi Kelayakan
|
2
|
Bulan
|
PPA
|
6
|
Bulan
|
Proses Kontrak EPC
|
6
|
Bulan
|
Financial Close & NTP
|
6
|
Bulan
|
Konstruksi
|
12
|
Bulan
|
Commisioning - COD
|
3
|
Bulan
|
5.
Analisis
finansial
Dalam melakukan analisis finansial, dapat diperhatikan biaya investasi dan
operasional. Umumnya digunakan analisis biaya dengan LCOE (Levelized Cost of
Electricity).
Pada komponen biaya investasi terdapat biaya EPC, biaya non-EPC, biaya
interkoneksi grid, dan biaya kontingensi. Sedangkan pada biaya operasional
terdiri dari biaya O&M (Operation and Maintenance), biaya non O&M, dan
biaya kontingensi.
Biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut hingga habis masa manfaatnya
dibandingkan dengan potensi tenaga listrik yang dibangkitkan untuk menentukan
kelayakan pembangunan PLTB secara finansial.
6.
Analisis
risiko
Selain tantangan teknis dan finansial, risiko-risiko yang ada perlu dipertimbangkan
demi keberhasilan pembangunan dan operasional dari PLTB. Beberapa parameter risiko
yang perlu diperhatikan dalam pembangunan PLTB antara lain :
·
Dampak
lingkungan
·
Aktivitas
vulkanik
·
Aktivitas
seismik
·
Potensi
perubahan angin sehingga cerai (tidak berjodoh lagi) dengan turbin
·
Kemungkinan
relokasi penduduk
·
Potensi
tsunami dan atau banjir
·
Potensi
angin kencang ekstrim
·
Potensi
kegagalan pembiayaan
·
Penggunaan
lahan yang tidak sesuai dengan perencanaan spasial
·
Technology
maturity
·
Kerumitan
konstruksi
·
Pengalaman
EPC
·
Kerumitan
pengoperasian
Demikian
sekelumit gambaran dari PLTB, semoga membantu untuk mendapatkan perspektif
tentang pembangkit energi terbarukan sehingga meningkatkan awareness dan
dukungan rekan-rekan demi terciptanya bauran energi yang ideal untuk mewujudkan
keseimbangan dalam energy security, energy equity dan environmental
sustainability.