Jumat, 24 Januari 2020

Development of Pembangkit Listrik Tenaga Bayu


Upaya-upaya untuk meningkatkan bauran energi terbarukan dalam sistem JaMaLi (Jawa-Madura-Bali) sangat gencar didengungkan, namun apakah demikian pula implementasinya?

Pada RUPTL 2019-2028 telah jelas dinyatakan bahwa pada tahun 2025 bauran energi dari EBT sebesar 23%. Sebuah angka optimis yang sebaiknya didukung oleh semua pihak yang memiliki andil dalam ketercapaiannya.

Untuk membangun sebuah pembangkit dari energi terbarukan, diperlukan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

1.       Kondisi angin pada daerah setempat
Untuk mendapatkan data sumber daya energi angin, dibangun mast dengan ketinggian (misal) 120 meter yang dipasangi anemometer setiap sepertiga bagiannya (40m, 80m, 120m). Kondisi angin dipantau selama minimal satu tahun untuk mengetahui potensi serta karakteristik dari kecepatan dan arah angin terhadap waktu.

2.       Pemilihan jenis turbin angin
Setelah didapat profil potensi energi angin, dipilihlah turbin angin yang sesuai sehingga didapatkan desain yang optimal. Berikut contoh dari kelas turbin angin :

Selain pertimbangan pemanfaatan energi, perlu diperhatikan juga kurva daya dari turbin-generator yang akan digunakan yaitu mempertimbangkan cut-in speed, nominal speed dan cut-out speed.
3.       Dampak dari masuknya pembangkit renewable tersebut
Pembangkit renewable memiliki karakteristik intermittent sehingga selain dampak load flow yang akan berubah, perlu juga dievaluasi dampak yang disebabkan oleh intermitency. Untuk pembangkit bayu yang memiliki MW kecil umumnya tidak memiliki masalah yang berarti, namun untuk pembangkit bayu yang memiliki MW besar, perlu diperhatikan kesiapan sistem terutama kompensator yang memiliki respon cepat seperti turbin gas dan turbin air. Jika pembangkit existing dianggap belum mampu mengkompensasi sifat intermitency dari PLTB, dapat dipertimbangkan untuk pemasangan baterai, modifikasi PLTA menjadi pumped storage, dan peningkatan kontribusi droop. Selain itu, kebutuhan inersia juga perlu diperhatikan karena PLTB yang terkoneksi ke grid melalui power electronic memiliki inersia yang rendah. Untuk memenuhi kebutuhan inersia dapat dilakukan dengan menggeser titik operasi PLTU thermal untuk menjaga inersia, memasang synchronous condenser dan memasang inverter virtual inertia.
4.       Waktu yang dibutuhkan mulai dari tahap perencanaan hingga COD
Untuk sebuah proyek PLTB onshore dengan tipikal daya terpasang 25-50MW, diperlukan waktu sekitar 3.5-4 tahun. Adapun gambaran rincian dari waktu yang dibutuhkan adalah sbb:
Aktivitas
Durasi
Unit
Pengukuran Sumber Angin
12
Bulan
Studi Kelayakan
2
Bulan
PPA
6
Bulan
Proses Kontrak EPC
6
Bulan
Financial Close & NTP
6
Bulan
Konstruksi
12
Bulan
Commisioning - COD
3
Bulan

5.       Analisis finansial
Dalam melakukan analisis finansial, dapat diperhatikan biaya investasi dan operasional. Umumnya digunakan analisis biaya dengan LCOE (Levelized Cost of Electricity).
Pada komponen biaya investasi terdapat biaya EPC, biaya non-EPC, biaya interkoneksi grid, dan biaya kontingensi. Sedangkan pada biaya operasional terdiri dari biaya O&M (Operation and Maintenance), biaya non O&M, dan biaya kontingensi.
Biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut hingga habis masa manfaatnya dibandingkan dengan potensi tenaga listrik yang dibangkitkan untuk menentukan kelayakan pembangunan PLTB secara finansial.

6.       Analisis risiko
Selain tantangan teknis dan finansial, risiko-risiko yang ada perlu dipertimbangkan demi keberhasilan pembangunan dan operasional dari PLTB. Beberapa parameter risiko yang perlu diperhatikan dalam pembangunan PLTB antara lain :
·         Dampak lingkungan
·         Aktivitas vulkanik
·         Aktivitas seismik
·         Potensi perubahan angin sehingga cerai (tidak berjodoh lagi) dengan turbin
·         Kemungkinan relokasi penduduk
·         Potensi tsunami dan atau banjir
·         Potensi angin kencang ekstrim
·         Potensi kegagalan pembiayaan
·         Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan perencanaan spasial
·         Technology maturity
·         Kerumitan konstruksi
·         Pengalaman EPC
·         Kerumitan pengoperasian
Demikian sekelumit gambaran dari PLTB, semoga membantu untuk mendapatkan perspektif tentang pembangkit energi terbarukan sehingga meningkatkan awareness dan dukungan rekan-rekan demi terciptanya bauran energi yang ideal untuk mewujudkan keseimbangan dalam energy security, energy equity dan environmental sustainability.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar